Kasus kebocoran data di Indonesia semakin kesini, semakin besar dan meresahkan. Dimana terakhir terdapat indikasi kebocoran data yang dikemukakan oleh vpnMentor terhadap aplikasi eHAC. Data yang terindikasi bocor tersebut memuat 1,3 juta data, yang mana didalamnya mencakup nama, NIK dan alamat pribadi. Dengan adanya indikasi ini, membuat daftar panjang lemahnya keamanan sistem di Indonesia.
Tetapi kasus ini telah dikonfirmasi oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) bahwa kasus ini hanyalah informasi atas dugaan celah yang ada pada aplikasi eHAC. Terlebih, vpnMentor sebagai pelapor mendapatkan informasi ini dari screening rutin yang mereka lakukan terhadap seluruh situs.
Dikutip melalui cnbc.com, "Yang terjadi saat ini, bukan terkait dengan kebocoran data. Ini merupakan bagian dari proses di keamanan siber, kita mengenalnya sebagai threat information sharing. Dimana pihak yang mempunyai concern, saling bertukar informasi. Alhamdulilah, informasi baik dari vpnMentor, bisa dikonfirmasi oleh Kemenkes dan akhirnya ditindaklanjuti terhadap informasi kerentanan tersebut," jelas Juru Bicara Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Anton Setiawan, dalam konferensi pers online pada Rabu, 1 September 2021.
Walaupun telah di bantah mengenai kebocoran data ini, BSSN dan Kementerian Kesehatan tetap mendapatkan banyak respon yang kurang menyenangkan. Masyarakat merasa kecewa terhadap kasus ataupun indikasi ini. Masyarakat kecewa dikarenakan aplikasi buatan Kementerian Kesehatan tersebut seperti dipaksakan dan tidak melihat dampak kelemahan keamanan yang ada.
Mengkutip dari tweet yang dikeluarkan oleh Direktur Eksekutif Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet), Damar Juniarto menyatakan bahwa kasus ini tidak bisa dianggap enteng dan membandingkannya dengan kasus 600 ribu data pengguna Facebook yang digunakan untuk kepentingan politik Amerika Serikat oleh Cambrige Analitica.
Menilik kebelakang, kasus Cambridge Analitica adalah kasus yang menyangkut pendiri Facebook, Mark Zuckerberg. Kasus ini bergulir dikarenakan mengenai adanya indikasi sebesar 600 ribu pengguna Facebook yang diserahkan datanya dan juga dipetakan khusus untuk mendapatkan konten kampanye dari Donald Trump dalam pemilihan presiden 2017 silam.
Kasus ini pula membuat Mark Zuckerberg bersaksi pada 11 April, 2018 didepan Kongres Amerika Serikat. Dengan adanya kasus ini, menimbulkan dugaan bahwa kemenangan Donald Trump pada 2017 dibumbui kecurangan dan juga membuat intrik perpolitikan di Amerika Serikat sangat panas pada waktu itu.
Dengan adanya kasus-kasus tersebut, membuat Indonesia diharuskan lebih sadar terhadap keamanan data pribadi dan kejahatan siber. Jangan remehkan kasus kebocoran data ini, dikarenakan akan ada banyak kerugian yang ditimbulkan apabila terjadi sebuah kasus kejahatan kebocoran data. Maka dari itu, pemerintah, perusahaan hingga individu perlu untuk mengetahui secara lebih lanjut mengenai keamanan data dan juga kejahatan siber.
Prima Cyber Solusi merupakan perusahaan yang tepat untuk dapat memberikan kemanan siber pada perusahaan Anda. Dengan proteksi lebih tinggi, dapat meminimalisir segala bentuk kejahatan dan serangan hacker. Sehingga perusahaan tetap aman, kepercayaan publik tetap terjaga dan juga meningkatkan kinerja perusahaan.
Prima Cyber Solusi telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001 dan ISO 27001 dalam manajemen mutu dan keamanan teknologi informasi. Kami merupakan partner yang tepat untuk menjaga keamanan siber perusahaan Anda dari segala bentuk indikasi, dugaan, hingga kejahatan siber yang dapat merugikan perusahaan Anda. Hubungi sales@primacs.co.id untuk informasi lebih lanjut mengenai solusi terbaik yang dapat kami implementasikan keamanan perusahaan Anda.
Sources:
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210901074418-185-688132/ahli-sebut-kebocoran-data-ehac-jangan-dianggap-enteng
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20210901161634-37-272963/badan-siber-ri-sebut-tak-ada-data-ehac-bocor-tapi
https://www.kompas.com/sains/read/2021/09/03/080000023/bocornya-1-3-juta-data-ehac-mengapa-terjadi-dan-bahayanya-bagi-pasien?page=all
https://bisnis.tempo.co/read/1078666/ceo-facebook-mengaku-juga-jadi-korban-cambridge-analytica
Comentários